: Bait Bait Jiwa: Menjawab jargon: "LEBIH BAIK PEMIMPIN KAFIR NAMUN TIDAK KORUPSI, DARIPADA PEMIMPIN ISLAM NAMUN KORUPSI"

Tuesday, January 12, 2016

Menjawab jargon: "LEBIH BAIK PEMIMPIN KAFIR NAMUN TIDAK KORUPSI, DARIPADA PEMIMPIN ISLAM NAMUN KORUPSI"

Menjawab jargon:

"LEBIH BAIK PEMIMPIN KAFIR NAMUN TIDAK KORUPSI, DARIPADA PEMIMPIN ISLAM NAMUN KORUPSI"

Itulah "jargon" yang selalu diangkat oleh non-muslim, anti-Islam, kaum liberal, golongan kiri dsb di Indonesia supaya umat Islam tidak memilih pemimpin-pemimpin dari agamanya sendiri.
Sebelum jargon ini diangkat tentu sudah di "blow-up" segala kasus-kasus korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh Islam apalagi dari parpol Islam.
Walaupun banyak diantaranya skalanya sebetulnya tidak besar-besar amat, namun pasti berita kasus korupsi yang melibatkan tokoh Islam apalagi dari parpol Islam akan setiap hari di blow-up dan diulang-ulang seperti di kompas, metro tv dan sejenisnya.
Sementara kasus-kasus korupsi yang banyak diantaranya skalanya "mega trilyunan" dan melibatkan orang-orang semacam:
Eddi Tansil, Hartati Murdaya (Ketua Walubi), Sjamsul Nursalim alias Liem Tek Siong, Sherny Konjongiang, David Nusa Wijaya, Samadikun Hartono, Maria Pauline, Hendra Rahardja alias Tan Tjoe Hing, Djoko Chandra alias Tjan Kok Hui, Dewi dan Anton Tantular, Sukanto Tanoto, Sengman Tjahja, Basuki, Elizabeth Liman, Yudi Setiawan, Artalyta Suryani alias Ayin dan sangat banyak lagi non-muslim lainnya beritanya selalu ditutup-tutupi, kalaupun "terpaksa" disiarkan beritanya sedikit saja alias dikecil-kecilkan.
Media sekuler melakukan semua ini tujuannya untuk menanamkan "imej" di kepala umat Islam bahwa...
"Kalau orang Islam itu pasti korupsi, tokoh Islam pasti korupsi, parpol Islam pasti korupsi. Maka itu pilihlah orang bukan Islam, tokoh agama lain yang bukan Islam, yang berasal dari parpol sekuler macam PDIP dsb". Padahal disitu (PDIP) aksi korupsinya justru terbukti yang paling dahsyat...syat...syat...!!! Kalau tak percaya, silakan lacak dan bongkar sendiri.
Kembali ke permasalahan: Mengapa Kita HARUS memilih pemimpin Muslim walaupun berakhlak kurang baik (bukan total tidak baik), dibandingkan memilih pemimpin non Muslim yg berakhlak lebih baik? (tolong fokus pada pertanyaan)
Jelas LEBIH BAIK dipimpin oleh Muslim
walau akhlaknya kurang baik (BUKAN TIDAK BAIK YA, atau absolut tidak baik), mengapa? Karena...
Pemimpin muslim yang kurang berakhlak baik, pastinya (walaupun akhlaknya kurang baik) mereka dalam menentukan kebijakan pemerintahannya MASIH berpihak kepada Islam dan sesuai dgn ajaran Islam, kecuali kaum liberal.
Dan juga, setiap Muslim harus tahu bahwa
"Islam adalah agama Sempurna, tapi Muslim tidak selalu sempurna". Sekali lagi:
"ISLAM ADALAH AGAMA SEMPURNA, TAPI MUSLIM TIDAK SELALU SEMPURNA" !!!
Nah, kalau pemimpin yg non-Muslim (kafir), sebaik-baiknya akhlak pemimpin non-Muslim, pastinya mereka dalam menentukan kebijakan pemerintahannya TIDAK AKAN PERNAH akan berpihak terhadap Islam. Contohnya? Banyak!
1. Pelarangan jilbab di Bali dengan alasan tidak seragamlah dan sejenisnya
2. Di Jakarta, malam takbiran dilarang, sementara pesta malam tahun baru diadakan dan difasilitasi besar-besaran dengan menggelontorkan APBD
3. Di Jakarta pula, setelah Ahok jadi Plt. Gubernur, Bantuan untuk jama'ah haji, untuk masjid, majelis ta'lim dan lembaga-lembaga Islam dikurang-kurangi dan dipangkas dengan alasan penghematan, tapi bantuan untuk gereja dan lembaga-lembaga non-Islam dll diperbanyak
4. Pelarangan berdagang hewan kurban di masjid, sekolah dll. Tradisi Muslim yang selama ratusan tahun aman-aman saja di Jakarta, begitu Jakarta dipimpin oleh orang kafir langsung berani mengusik-ngusik.
5. Di Jakarta dan Pematang Siantar misalnya, yang notabene umat Islamnya mayoritas, beberapa Lurah-lurah muslim diganti non-muslim dengan kedok "lelang jabatan"
6. Beberapa Kepala-kepala sekolah negeri yang muslim pelan-pelan digeser dan digantikan dengan non-muslim, contohnya Kepsek SMA 29 Jakarta, awalnya seorang muslim lalu diganti dgn non-muslim. Setelah mendapat protes keras dari civitas sekolah tsb, baru kemudian diganti lagi dgn orang muslim.
Begitu pula dengan peristiwa penggantian kepala SMAN 12 Pematang Siantar dari muslim ke non-muslim
Dan banyak lagi lainnya, yg jelas
bertentangan dan mengganggu umat Islam.
Hal tersebut semua diatas Jelas dilakukan oleh non-Muslim, karena bagi mereka hal tersebut tidak
bertentangan dengan agama mereka, karena Hal tersebut
TIDAKLAH mengganggu kepentingan mereka, intinya mereka tidak peduli dgn Islam. Dan inilah yg kita saksikan saat ini.
Kita semua harus paham, bahwa sebagian besar kaum non-muslim di Indonesia, tidak menginginkan azas proporsionalitas terjaga. Yang mereka inginkan adalah dominasi atas mayoritas muslim di Indonesia. Tidak apa-apa secara populasi umat Islam mayoritas, yang penting arah dan kebijakan pemerintahan pro kepada golongan mereka, itulah target mereka.
Tidak ada pemimpin non-muslim (kafir) mau dan rela menerapkan kebijakan yg sesuai dgn Islam apalagi menguntungkan Islam. Jangankan skala negara, di perusahaan yg dipimpin non-Muslim pun selalu saja menerapkan kebijakan yg TIDAK berpihak kepada umat Islam.
Seperti Miras tentu dilarang oleh muslim , namun bagaimana dgn tanggapan pemimpin non-muslim? Mereka tidak peduli! Dgn entengnya mulut
Mereka berkoar: "kalau gak suka ya gak usah minum".
Kita ingat ucapan Ahok yang bilang oke-oke aja minum bir asal tidak sampai mabuk:
"Itu kan bukan miras (minuman keras), tapi kan bir. Ya tergantung berapa persen alkoholnya dong, kalau bir masih okelah," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2013).
Ahok juga tidak mempermasalahkan minum bir, asal tidak mabok. "Saya kira kalau minum bir gak salah kok, asal gak mabok. Masalahnya kalau dicampur spiritus sama air kelapa, ya tewas," jelas Ahok.
Pemimpin liberal pun tidak kalah berbahayanya dibandingkan pemimpin kafir, bahkan lebih berbahaya dibandingkan pemimpin kafir (non-muslim). Sebut saja contohnya : belum adanya keputusan kebebasan memakai jilbab di tubuh TNI, dan penyebaran kondom di masyarakat!
Jadi, dari sini kita berkesimpulan, pilihlah pemimpin Islam, carilah yg berakhlak yg TERBAIK dari banyaknya pemimpin yang Islam yang ada .
INGAT "Islam adalah SEMPURNA, tapi Muslim TIDAK selalu sempurna!"
Sebaik-baiknya akhlak pemimpin Kafir TIDAK AKAN PERNAH mempedulikan Kaum Muslim. TIDAK akan membuat kebijakan yg baik untuk Islam. Dan apapun yg terjadi, pemimpin non-Muslim akan SELALU BERUSAHA
membuat hal-hal yg bertentangan dengan Islam. Dan lagi keunggulan Pemimpin Islam jauh lebih baik dibandingkan pemimpin non-Muslim di Indonesia.
Pemimpin Islam terbukti memberikan keleluasaan membangun tempat ibadah agama lain, memberikan hari-hari libur agama lain, dan banyak lainnya.
Membalik Jargon...
Bagian 2 dan terakhir ;
Mending Mana: Pemimpin Kafir Tapi Bersih, atau Pemimpin Muslim Tapi Korup?”
Logika seperti judul di atas, sekarang-sekarang ini banyak beredar di tengah-tengah masyarakat. Terlebih lagi jika kita kaitkan dengan sepak-terjang Gubernur DKI Jakarta yang seorang non-muslim, logika di atas akan makin nyaring. Padahal, saya ingin mengatakan, logika di atas adalah logika absurd. Kondisi bobrok yang amat menekan seperti sekarang ini memaksa kita untuk menganut logika bobrok ini. Seolah-olah sudah tidak ada lagi pilihan lain.
Kita semua pasti mengetahui kabar tentang ungkapan kotor yang disampaikan Gubernur ketika diwawancara oleh KompasTV! Ungkapan itu biasa digunakan oleh orang-orang yang tidak bisa menjaga mulut dan ucapannya sendiri. Dan tidak semestinya seorang pemimpin berkata seperti ini di hadapan rakyatnya. Tetapi kembali, opini yang berusaha dibangun oleh Gubernur adalah, walaupun dia bicara kasar, tetapi niatannya bersih dan suci, serta untuk menunjukkan betapa dia berani menghadapi siapapun karena dia seorang yang benar.
Sang Gubernur berkata bahwa orang-orang yang korup itu santun-santun perkataannya dan sopan sikapnya. Jadi sekarang logikanya saya tambah, “Mending mana: pemimpin kafir dan suka ngomong kasar tapi bersih, atau pemimpin Muslim yang sopan santun tapi korup?
Ada banyak orang yang mengaku Muslim, yang membela Gubernur nonmuslim ini. Bahkan ada juga yang membelanya dengan ekstrem, mati-matian. Padahal jelas-jelas logika ini memang absurd. Sebagai seorang Muslim tentunya kita harus menggunakan Islam sebagai dasar berpikir kita. Terlarang bagi seorang Muslim untuk menggunakan ideologi lain sebagai dasar berpikir. Dengan kata lain, hanya Quran dan sunnah sebagai dasar berpikir, tidak ada yang lain. Tidak boleh terlintas di benak seorang muslim logika seperti judul di atas. Sedetik pun tidak boleh.
Memangnya sebegini banyaknya orang di Indonesia sudah tidak ada lagi seorang Muslim yang sopan, jujur, santun, dan pengayom rakyat, yang bisa kita jadikan pemimpin? Masa’ sih diantara 200 juta penduduk Indonesia atau jika dikecilkan diantara 8 juta warga muslim Jakarta yang dewasa, nggak ada lagi seorang Muslim yang baik sekaligus nggak korup yang bisa kita jadikan pemimpin? Nggak masuk akal sama sekali.
Logika seperti judul di atas adalah LOGIKA JONGKOK dari orang-orang yang malas mikir, yang alergi terhadap perubahan hakiki. Seorang Muslim pantang mengambil logika absurd itu.

Muhammadiyah
Ustadz Fahmi Salim:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10153800033529645&id=831844644

No comments:

Post a Comment

: