: Bait Bait Jiwa: March 2014

Sunday, March 30, 2014

Selamat Jalan Om Memet.. (Alfiansyah bin Ahmad Said)

Selasa, 25 Maret 2014. Pagi itu terasa biasa saja tak ada yang aneh dari biasanya, tapi ada yang sedikit mengganjal dipikiran. Om sedang sakit di Rumah sakit, pacar rencana pulang hari ini jadi buru-buru mempersiapkan bekal untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Rencana mau ikut pulang kerumah orang tuanya di Long Telenjau, Bulungan Kalimantan Utara, tapi nanti menyusul saja. (Sekarang kalimantan timur telah terbagi menjadi 2 bagian yaitu provinsi baru Kalimantan Utara). Banyak bekal yang disiapkan. Tak lupa kemarin mencari bibit singkong gajah, siapa tau berguna buat di kampung.
Singkong gajah karya Faperta Unmul siap dikirim. Kata orang disana belum ada singkong gajah, jadi apa salahnya saya titip buat tanam di kampung. Singkong gajah terkenal dengan umbinya yang besar dan rasanya yang empuk. Kata orang banjar samarinda "Hapuk". Satu pohon bisa menghasilkan 15-20 Kg lebih umbi singkong. Waw karya luar biasa anak-anak Universitas Mulawarman. Singkat cerita saat hendak pulang, cuaca sangat mendung. Hujan deras. Yah.. ini membuat perasaan makin sedikit susah untuk merelakan dia pulang.. Akhirnya mobil Travel datang menjemput. Makin terasa sesak campur gelisah meliat dia hilang dikejauhan. hm sabar, tenang.. sambil membisikkan sugesti untuk diri sendiri. "InsyaAllah dia bakal baik-baik saja kok". Amin.
Sesampai di Asrama Kutai 5 ku luangkan waktu untuk bercengkerama dengan teman sesaat. 
Tak lama kami bercengkerama telepon berbunyi. Ternyata mama yang sedang menelepon. "wan kamu dimana? wan on memet meninggal di ICU RS.AWS samarinda". Innalillahi wa inna ilaihi roojiunn.. sontak dada sesak serasa tak percaya. astaga kok bisa?? Masih merasa tak percaya, aku meminta pajeri untuk menemani ke RS. Sesampai di RS aku langsung menuju ruang ICU. Disana sudah ada para sepupu.
Yuda, Danu, dan Fahmi. Fahmi adalah anak tertua om Memet. Kubuka tirai yang menghalangi monitor rekam jantung. "Ya Allah om.. kok bisa.. cepat betul om di panggil yang maha kuasa..". Batin ku membadai. Linangan air mata tak dapat terbendung. Tak tahu apa yang harus ku lakukan. Padahal aku pun seorang Paramedis. Pikiran makin berkecamuk, aku tak dapat berbuat banyak untuk om ku sendiri. Dalam hatiku, kenapa aku tidak ada saat om ku sedang membutuhkan ku. Kenapa aku tak datang malam tadi. Kejadiannya sangat tiba-tiba, aku baru mendengar kali ini om memet sakit, sebelumnya ia tak pernah sakit. Sambil ku buka kain yang menutupi jenazah beliau, kucium pipi kanan dan kirinya. sambil terus menangis. "Ya Allah om., kok cepat betul om..." ku liat fahmi juga turut menangis di samping ku. Aku tau perasaan dia. Tak tertahan. Sambil keluar ruangan, aku masih ingat senyum nya sewaktu beliau masih hidup. Aku ingat pribadinya yang periang dan ulet. Ku tenangkan diri di parkiran. Sambil berbicara pada Danu dan Yuda. "Kasian Om memet..." batinku. Memang yang membuat batinku makin miris, om memet mempunyai masalah sebelum kepergiannya. Tak etis rasanya kalau ku berbicara disini, yang terpenting ingat lah selalu kebaikannya.
Om memet adalah sosok yang periang menurut ku, selain periang dia juga suka bercanda. sangat jarang menampakkan raut wajah yang masam. Dia orang yg ulet berkerja. Apapun akan dia kerjakan untuk mengisi hari-nya. Walaupun aku jarang bertemu dia dan kurang terlalu akrab tapi sosok dia di mataku cukup berkesan. Dia adalah salah satu Paman yang ku kagumi. Sosok periang nya tak dapat terlupakan. Aku berdoa semoga dia tenang di alam selanjutnya, semoga mendapat nikmat kubur, segala dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. Semoga syurga kelak adalah tempat terakhir yang di tempati nya, amin. Iwan mohon maaf ya om kalau semasa hidup mungkin iwan ada berbuat salah atau berbuat yang tidak menyenangkan hati om. Mungkin hanya partisipasi pelayatan dan doa yang dapat aku sembahkan untuk om yang terakhir kalinya. Jujur om, iwan sangat menyesal tidak datang malam itu menjenguk om. Tidak dapat melihat om untuk terakhir kalinya. Tidak dapat meminta maaf. Tidak dapat memberi support atau semangat buat om. Sungguh menyesal. Semoga Syurga, semoga syurga semoga Syurga, Amin. semoga khusnul khotimah....................

Hari kemarin terasa sangat berat, selain nyonyah pulang kampung, kepergian om memet sangat membuat titk balik dalam jiwa. Semoga selalu mendapat pelajaran yang baik buat jiwa. Setelah selesai menguburkan, kami sekeluarga berkumpul sejenak dan pulang. Samarinda merupakan tempat kedua setelah rumahku yang selalu menorehkan sisa-sisa sejarah diri. Berangkat dari arama kutai 5 menuju Handil sungguh masih merasakan bekas berat. Saat di perjalanan kulihat matahari sore bersinar kuning orange. Terpantul dari kaca spion, sehingga seolah-olah menjadi dua matahari. Kuning orange besar yang terpantul dari dua kaca spion makin mengisyaratkan yang tak tahu apa arti dan maknanya. Sungguh indah ciptaanmu ya Rabb.... menetes air mata tanpa terasa... seolah-olah itu mengisyaratkan kepergian om memet, suatu lambaian hangat terkhir dari sang periang untuk yang di tinggalkan.......
Barakallah Fii kum.


untuk seluruh keluarga yang ditinggalkan.
Untuk yang mencintainya. Untuk siapa saja yang cinta padanya.
semoga dapat menjadi kenang-kenangan.

OM MEMET
ALFIANSYAH BIN AHMAD SAID
LAHIR             : 24 APRIL 1963
MENINGGAL : 25 MARET 2014

Tuesday, March 18, 2014

Jiwa Mendikte

Jiwa lelah, raga tak mau menyerah
Jiwa sadar, raga tak mau mengalah
Jiwa paham, raga tak toleran
Jiwa dikte raga, raga sedang berkuasa
Jiwa senang kedamaian, raga senang keindahan
Jiwa ingin mimpi, raga .... pahlawan kesiangan.
Pada akhirnya raga menerima akibatnya!
Jiwa kemudian hanya bersimpuh bersahaja.

Terjaga..

Handil, 18 Maret 2014
: